Skip to main content
AcademicUmum

5 Kesalahan Umum Mahasiswa Saat Ngerjain Skripsi & Cara Ngatasinnya

Bagi sebagian besar mahasiswa, skripsi adalah puncak dari perjalanan panjang di dunia kampus. Namun, di balik statusnya sebagai tugas akhir yang “pasti bisa dilewati”, skripsi juga jadi momok yang menakutkan. Stres, cemas, malas, kehilangan arah, bahkan frustrasi bukan hal baru di fase ini. Masalahnya, sering kali bukan karena mahasiswa tidak mampu, tapi karena mereka jatuh ke lubang yang sama: kesalahan-kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari sejak awal.

Kesalahan-kesalahan ini bukan hal besar seperti gagal sidang atau data tidak valid. Justru, ia muncul dari hal-hal yang kelihatan sepele: memilih topik tanpa pertimbangan matang, menunda-nunda tanpa sadar, atau mengabaikan feedback dosen. Ketika hal-hal kecil itu menumpuk, mereka berubah jadi beban yang membuat skripsi terasa berat, melelahkan, bahkan mustahil diselesaikan.

Melalui artikel ini, kita akan mengurai 5 kesalahan fatal yang sering dilakukan mahasiswa saat mengerjakan skripsi. Bukan cuma untuk menunjukkan di mana jebakannya, tapi juga menawarkan cara konkret buat menghindarinya. Kita akan bahas dengan gaya mengalir, relevan, dan tetap berdasarkan referensi yang valid. Karena skripsi bukan soal siapa yang paling cepat lulus, tapi siapa yang paling siap menjalaninya dengan cara yang benar.

1. Memilih Topik Skripsi yang Salah

Kesalahan pertama dan bisa dibilang paling menentukan terjadi sejak hari pertama ialah pemilihan topik. Banyak mahasiswa berpikir topik bisa dipilih nanti-nanti, atau asal terlihat keren di telinga dosen. Ada juga yang hanya ikut-ikutan topik teman agar bisa “bareng-bareng” mengerjakannya. Sayangnya, topik yang dipilih dengan cara seperti itu cenderung tidak punya keterikatan emosional maupun akademik dengan si peneliti. Hasilnya? Prosesnya terasa hambar, dan semangat mudah padam di tengah jalan.

Topik yang baik bukan hanya spesifik, tapi juga relevan dengan kemampuan, minat, dan akses data yang dimiliki. Idealnya, mahasiswa sudah punya gambaran garis besar sejak semester 6 atau 7, lalu mulai menyempurnakan ide tersebut menjadi rumusan masalah begitu masuk semester akhir

2. Menunda-nunda Memulai (Prokrastinasi Akademik)

Jika skripsi adalah maraton, maka prokrastinasi adalah lubang di jalan yang kelihatan kecil tapi dalam. Banyak mahasiswa yang tahu apa yang harus dikerjakan, punya bahan, bahkan sudah diskusi dengan dosen — tapi tetap saja menunda. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tahu-tahu sudah dekat deadline dan semua jadi panik.

Menurut Paul Steel (2007) dalam penelitiannya yang dimuat di Psychological Bulletin, sekitar 80–95% mahasiswa menunda-nunda, terutama ketika mengerjakan tugas kuliah dan itu berdampak langsung pada performa mereka. Solusinya bukan dengan memaksa diri bekerja 8 jam sehari, tapi dengan membangun ritme yang realistis. Metode Pomodoro (kerja fokus 25 menit, istirahat 5 menit) atau blok waktu 2 jam tiap pagi bisa jauh lebih efektif daripada menunggu “mood datang”.

3. Jarang atau Takut Konsultasi ke Dosen Pembimbing

Ini mungkin jebakan mental yang paling bahaya: kamu terlalu takut ketemu dosen pembimbing kamu sendiri, sampai akhirnya kamu jalan sendiri tanpa arahan, tanpa koreksi. Makin lama kamu nunggu konsultasi, makin jauh kamu melenceng. Dan akhirnya, dosen kamu minta kamu revisi dari awal/nulis ulang.

Inget, pembimbing itu bukan musuh. Justru konsultasi rutin bisa bikin proses nulis lebih lancar dan lebih terarah. Kamu juga bisa diskusi atau kasih tau kendala yang kamu hadapi, dan seringkali mereka kasih insight yang nggak bisa kamu dapetin dari buku mana pun.

Jangan nunggu semuanya “sempurna” dulu baru konsultasi. Justru, kamu konsultasi biar bisa benerin sejak awal.

Ingat: dosen suka mahasiswa yang aktif, bukan pasif. Mereka lebih senang bimbing mahasiswa yang proaktif dan serius menyelesaikan skripsinya.

4. Metode Asal Tempel: Salah Jalur Sejak Bab 3

Nggak sedikit mahasiswa yang nyusun Bab 3 dengan pendekatan “yang penting ada.” Mereka pilih metode kuantitatif karena temennya juga gitu, atau karena “lebih gampang cari datanya.” Padahal, metode penelitian bukan soal gampang atau susah tapi soal cocok atau nggaknya dengan rumusan masalah yang kamu ajukan.

Kalau kamu pengen tahu apa yang terjadi, kuantitatif bisa jadi pilihan. Tapi kalau lo pengen tahu mengapa itu terjadi, dan ingin menggali makna di balik angka, pendekatan kualitatif mungkin lebih pas. Masalahnya, banyak yang nggak memahami ini sejak awal, dan baru nyadar setelah ngumpulin data yang ternyata nggak bisa dijawab pakai analisis yang dipilih.

Saran paling realistis: baca ulang Bab 1 kamu, terutama rumusan masalah dan tujuan penelitian. Lalu, cocokin sama karakteristik metode yang ada di buku Sugiyono atau Neuman. Jangan ragu diskusi bareng dosen pembimbing sebelum masuk ke pengumpulan data.

5. Mentok Tapi Malu Minta Tolong

Setiap mahasiswa skripsi pasti pernah mentok. Yang membedakan cuma satu: ada yang diem dan stress sendiri, ada yang aktif cari bantuan. Kamu mungkin bingung nyusun instrumen, gak paham uji validitas di SPSS atau SmartPLS, atau udah nulis Bab 2 tiga kali dan tetep direvisi.

Masalahnya adalah, banyak mahasiswa ngerasa malu atau ngerasa harus bisa sendiri. Padahal, skripsi bukan ajang pembuktian individual. Kamu boleh dan sah-sah aja minta bantuan, entah itu dari temen, komunitas riset, atau mentor profesional.

Kalau kamu lagi stuck, jangan tunggu. Gabung komunitas skripsi, tanya ke kakak tingkat, atau manfaatin layanan bimbingan dari lembaga seperti maubisa.id. Yang penting: semua dilakukan secara etis, bukan instan atau asal jadi.

Tips Tambahan Supaya Skripsi Kamu Lebih Lancar

Berikut beberapa tips cepat yang bisa langsung kamu terapkan:

Bikin jurnal harian skripsi: Catat apa yang kamu kerjain setiap hari. Ini bisa bantu kamu merasa ada progres.

Cari mentor non-akademik: Bisa dari teman yang udah lulus, kakak tingkat, atau alumni.

Reward diri sendiri: Setelah nulis satu bab, traktir diri sendiri untuk nonton, ngopi, atau healing tipis-tipis tapi jangan sering sering ya, nanti boncos!

Skripsi Gak Perlu Sempurna, Tapi Harus Dijalani

Nggak ada skripsi yang sempurna. Bahkan skripsi yang dapet nilai A pun pasti punya kekurangan. Yang bikin kamu lulus itu bukan karena kamu bikin karya ilmiah revolusioner, tapi karena kamu konsisten, mau belajar dari kesalahan, dan terus bergerak walaupun pelan.

Skripsi itu soal maraton, bukan sprint. Kamu butuh strategi, butuh support, dan butuh keberanian buat ngadepin rasa nggak nyaman. Tapi kabar baiknya: kamu gak harus jalan sendirian.

Kalau kamu butuh arah, bantuan teknis, atau mentor buat review isi skripsi kamu, tim akademik di maubisa.id siap bantu. Bukan buat nyontek, tapi buat bantu kamu ngerti, ngembangin, dan nyelesaiin tugas akhir ini dengan cara yang etis, cerdas, dan manusiawi.

📩 Klik di sini buat konsultasi gratis sekarang

 

Siap #JadiLebihBisa? Kenalan Dulu Sama Maubisa!

Siap #JadiLebihBisa? Kenalan Dulu Sama Maubisa!

AdminAdmin12 July 2025
5 Kesalahan Umum Mahasiswa Saat Ngerjain Skripsi & Cara Ngatasinnya

5 Kesalahan Umum Mahasiswa Saat Ngerjain Skripsi & Cara Ngatasinnya

AdminAdmin8 July 2023